Sumatera Selatan, selain dikenal dengan kekayaan alam dan budaya yang beragam, juga memiliki berbagai hidangan tradisional yang menggugah selera. Salah satu kue tradisional yang sangat terkenal dan memiliki tempat khusus di hati masyarakat adalah Kue Delapan Jam. www.cleangrillsofcharleston.com Kue ini bukan hanya lezat, tetapi juga memiliki nilai sejarah dan tradisi yang kuat, sehingga keberadaannya menjadi warisan kuliner yang melegenda di Sumatera Selatan.
Kue Delapan Jam dikenal dengan tekstur yang lembut, rasa manis yang pas, dan aroma khas rempah-rempah yang menggoda. Kue ini dinamakan “Delapan Jam” karena proses pembuatannya yang memerlukan waktu sekitar delapan jam, biasanya melalui proses pengukusan atau pemanggangan yang lambat agar hasilnya sempurna.
Asal Usul dan Makna Kue Delapan Jam
Kue Delapan Jam merupakan salah satu kue khas masyarakat Palembang dan sekitarnya yang biasa dihidangkan dalam berbagai acara adat dan perayaan besar, seperti pernikahan, lebaran, dan syukuran. Nama kue ini mencerminkan proses pembuatannya yang memerlukan kesabaran dan ketelatenan.
Proses pembuatan yang lama bukan hanya soal teknik memasak, tetapi juga simbol dari filosofi hidup masyarakat Sumatera Selatan tentang kesabaran dan ketekunan dalam meraih hasil terbaik. Kue ini menjadi lambang kehangatan dan rasa hormat dalam budaya setempat.
Bahan-Bahan Utama Kue Delapan Jam
Untuk membuat Kue Delapan Jam, bahan yang diperlukan cukup sederhana, namun pengolahannya harus teliti agar menghasilkan tekstur dan rasa yang tepat:
-
250 gram tepung ketan putih
-
150 gram gula merah, disisir halus
-
200 ml santan kental
-
2 lembar daun pandan
-
1/4 sendok teh garam
-
1 sendok makan tepung terigu (untuk membantu tekstur)
-
Minyak goreng atau margarin secukupnya untuk olesan
Beberapa resep juga menambahkan sedikit kayu manis atau cengkeh untuk aroma tambahan yang khas.
Cara Membuat Kue Delapan Jam
-
Membuat Adonan Gula Merah
Campur gula merah dengan santan dan daun pandan, panaskan hingga gula larut dan campuran mendidih. Angkat dan saring untuk menghilangkan kotoran atau ampas. -
Mencampur Tepung
Dalam wadah terpisah, campurkan tepung ketan, tepung terigu, dan garam. Tuang larutan santan dan gula merah sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga menjadi adonan yang kental dan tidak bergerindil. -
Mengukus Kue
Siapkan loyang yang telah dioles margarin atau minyak. Tuang adonan ke dalam loyang, ratakan permukaannya. Kukus dengan api kecil selama sekitar delapan jam hingga matang sempurna. Pastikan air kukusan selalu cukup selama proses. -
Mendinginkan dan Menghidangkan
Setelah matang, keluarkan kue dan biarkan dingin. Kue Delapan Jam akan mengeras sedikit dan memiliki tekstur kenyal serta lembut saat disantap. Potong-potong sesuai selera sebelum disajikan.
Karakteristik Rasa dan Tekstur
Kue Delapan Jam memiliki tekstur kenyal, lembut, dan sedikit lengket, yang berasal dari perpaduan tepung ketan dan santan. Rasa manis dari gula merah berpadu dengan aroma wangi daun pandan dan rempah-rempah memberikan sensasi rasa yang kaya dan khas.
Kelembutan kue yang didapat dari proses pengukusan lambat menjadikannya berbeda dari kue tradisional lain yang biasa ditemui. Aroma harum dan rasa manis yang pas membuat kue ini selalu dinantikan dalam setiap acara.
Kue Delapan Jam dalam Budaya Sumatera Selatan
Kue ini lebih dari sekadar makanan; ia menjadi simbol tradisi dan kebersamaan dalam masyarakat Sumatera Selatan. Kue Delapan Jam sering disajikan saat acara adat dan menjadi bagian dari ritual silaturahmi yang erat kaitannya dengan nilai sosial dan budaya.
Pembuatan dan penyajian kue ini mengajarkan nilai kesabaran dan ketelitian, sekaligus menjadi media untuk mempererat hubungan antar anggota keluarga dan masyarakat.
Kesimpulan
Kue Delapan Jam adalah salah satu mahakarya kuliner tradisional Sumatera Selatan yang menggabungkan rasa manis, aroma rempah, dan tekstur lembut dalam satu sajian. Dengan proses pembuatan yang memerlukan waktu dan ketelatenan, kue ini tidak hanya memanjakan lidah tetapi juga menyimpan nilai budaya dan filosofi hidup yang mendalam. Keberadaannya yang melegenda menjadi bagian penting dari kekayaan kuliner Nusantara yang patut dilestarikan dan diapresiasi.