Indonesia dikenal dengan ragam kuliner tradisional yang unik dari setiap daerah, termasuk dari ujung barat Nusantara, yaitu Sabang. neymar88 Salah satu kue tradisional yang begitu melekat dengan identitas budaya Aceh adalah Kue Adee Meureudu. Kue ini memiliki cita rasa manis dan gurih, berpadu sempurna dengan aroma rempah-rempah khas Aceh. Teksturnya yang padat namun lembut menjadikan kue ini cocok disajikan sebagai hidangan di berbagai acara, mulai dari kenduri hingga camilan sore hari.
Sejarah dan Keunikan Kue Adee Meureudu
Kue Adee Meureudu berasal dari daerah Pidie Jaya, khususnya Kecamatan Meureudu, namun kue ini juga populer hingga ke Sabang dan sekitarnya. Kue ini dikenal sebagai simbol keramahan masyarakat Aceh, sering dihidangkan kepada tamu dalam berbagai momen spesial. Keunikan kue Adee terletak pada penggunaan bumbu rempah seperti bawang merah goreng, yang jarang ditemukan dalam kue-kue manis dari daerah lain.
Perpaduan manisnya gula dengan gurihnya bawang goreng serta rempah-rempah menciptakan sensasi rasa yang kompleks, menjadikan kue ini sebagai salah satu identitas kuliner Aceh yang istimewa. Teksturnya mirip dengan kue bingkang namun lebih padat dan penuh dengan aroma khas yang menggugah selera.
Bahan-Bahan Utama Kue Adee Meureudu
Bahan-bahan untuk membuat Kue Adee Meureudu cukup sederhana dan mudah ditemukan di pasar tradisional. Berikut bahan yang umumnya digunakan untuk membuat satu loyang kue Adee:
-
250 gram tepung terigu
-
200 gram gula pasir
-
3 butir telur ayam
-
400 ml santan kental
-
5 siung bawang merah, diiris tipis dan digoreng
-
½ sendok teh bubuk kayu manis
-
½ sendok teh bubuk pala (opsional)
-
½ sendok teh vanili bubuk
-
¼ sendok teh garam
-
1 sendok makan minyak goreng untuk menumis bawang
-
Margarin secukupnya untuk olesan loyang
Cara Membuat Kue Adee Meureudu
Proses pembuatan Kue Adee Meureudu tidak memerlukan teknik rumit, namun membutuhkan ketelitian agar rasa rempah dan tekstur kue dapat sempurna. Berikut langkah-langkah membuatnya:
-
Siapkan bawang goreng. Iris tipis bawang merah lalu goreng hingga kecokelatan dan harum. Tiriskan dan sisihkan sebagian untuk taburan di atas kue.
-
Campurkan santan dan gula. Rebus santan dengan gula pasir hingga gula larut, aduk perlahan dengan api kecil agar santan tidak pecah. Setelah larut, matikan api dan biarkan santan hangat.
-
Kocok telur. Kocok telur ayam hingga sedikit mengembang dan berwarna pucat.
-
Campur bahan kering. Ayak tepung terigu bersama bubuk kayu manis, bubuk pala, vanili bubuk, dan garam.
-
Gabungkan semua bahan. Masukkan santan hangat ke dalam adonan telur secara perlahan sambil terus diaduk. Setelah itu, tambahkan tepung sedikit demi sedikit sambil diaduk rata hingga tidak ada adonan yang menggumpal. Terakhir, masukkan bawang goreng.
-
Siapkan loyang. Olesi loyang dengan margarin dan sedikit tepung agar kue tidak lengket. Tuangkan adonan ke dalam loyang dan taburkan sisa bawang goreng di bagian atas untuk menambah aroma khas.
-
Panggang kue. Panggang dalam oven dengan suhu 180°C selama kurang lebih 45-50 menit atau hingga permukaan kue berwarna kuning kecokelatan dan bagian tengah kue matang sempurna.
-
Dinginkan sebelum dipotong. Setelah matang, biarkan kue adee mendingin di suhu ruangan sebelum dipotong-potong sesuai selera.
Sensasi Rasa Kue Adee Meureudu
Kue Adee Meureudu menawarkan sensasi rasa yang tidak biasa. Gigitan pertama akan langsung terasa manis dengan tekstur yang padat namun lembut. Tidak lama kemudian, rasa gurih dari santan dan bawang goreng mulai muncul, diikuti oleh aroma rempah yang khas dari kayu manis dan pala. Perpaduan rasa ini membuat kue adee sering dinikmati dengan secangkir teh panas atau kopi khas Aceh.
Keunikan rasa kue ini membuatnya tetap bertahan sebagai salah satu kuliner tradisional yang tak tergantikan, bahkan di tengah gempuran jajanan modern. Teksturnya yang mengenyangkan juga membuat kue adee kerap dijadikan menu sarapan atau kudapan penunda lapar.
Kesimpulan
Kue Adee Meureudu merupakan warisan kuliner Aceh yang menggabungkan rasa manis, gurih, dan rempah-rempah khas dalam satu sajian. Berbahan dasar sederhana namun sarat makna budaya, kue ini masih sering dihidangkan dalam berbagai acara adat maupun sebagai camilan harian masyarakat Sabang dan sekitarnya. Kehadirannya tidak hanya memanjakan lidah tetapi juga menjadi pengingat akan kekayaan tradisi kuliner Nusantara.